SAAT MILIARDER JACK MA DUKUNG KONSEP CINTA DI SEKOLAH DAN KENAIKAN GAJI GURU

Pendiri Alibaba Group Jack Ma dalam diskusi panel “Disrupting Development” Pertemuan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Bali pada Jumat (12/10).

Konsep skor IQ (Intelligent Quotient) sudah banyak dikenal, bahkan tesnya sudah diberikan ke pelajar sekolah. Tapi tahukah Anda, IQ saja ternyata tidaklah cukup, karena butuh kecerdasan emosional yang disebut EQ (Emotional Quotient) dalam menyelesaikan suatu masalah.

Kini, miliarder Jack Ma kembali mengenalkan satu konsep lagi, yakni Love Quotient (LQ). Konsep itu dibahas Jack Ma di tengah modernisasi tenaga kerja. Ia berkata kapasitas mencintai manusia tak akan bisa digantikan oleh mesin secanggih apapun.

"Bila kamu ingin dihormati, kamu perlu memiliki LQ - kecerdasan cinta," ujar Jack Ma seperti dikutip Quartz, Jumat (13/12/2019).

"Otak akan digantikan oleh mesin, tetapi mesin tidak akan bisa menggantikan hatimu," ucapnya pada Forum Pendidikan dunia di Paris beberapa waktu lalu.

Jack Ma yang baru saja pensiun sebagai CEO Alibaba khawatir karena mesin berkembang dengan amat pesatnya, dunia pun turut berubah cepat. Namun, ia menyorot pendidikan yang masih belum berubah.

Baginya, masalah yang paling penting justru bukan pertumbuhan ekonomi atau investasi, melainkan pendidikan. Maka dari itulah muncul solusi IQ, EQ, dan LQ versi Jack Ma.

Jack Ma pun menekankan bahwa ketiga konsep itu saling berkaitan untuk keberhasilan. Tiga-tiganya pun punya peranannya masing-masing bagi kehidupan dan karier.

"Jika kamu ingin sukses, kamu perlu memiliki EQ yang sangat tinggi, sebagai cara untuk berhubungan dengan orang-orang," kata Jack Ma. "Jika kamu tidak ingin cepat kalah, kamu perlu IQ yang bagus," ia menambahkan.

Ia pun berkata bahwa pendidikan China kurang jago dalam kerja sama. Terbukti, China lebih sering menang di kompetisi olahraga individual, bukan tim.

Forum tersebut diadakan oleh OECD yang merilis hasil tes PISA pada ajang yang sama. Dalam tes itu, skor pelajar Indonesia tercatat merosot di bidang matematika, membaca, dan sains.

Lebih lanjut, Jack Ma berkata masuk universitas tidak menjamin pekerjaan. Ia bahkan menyebut gelar sarjana hanya "bukti pembayaran uang kuliah.

Meski demikian, Jack Ma pun mengakui merekrut orang dari universitas beken seperti Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan Universitas Harvard. Ia pun berargumen bahwa ia tak menerima pegawai berdasarkan nama kampus saja, melainkan kemampuan untuk belajar seumur hidup.

Hal penting lain bagi Jack Ma adalah agar fokus pendidikan tak dimulai dari universitas, melainkan dari taman kanak-kanak. Ia pun menganjurkan agar gaji guru naik dan mendorong kemampuan memimpin kepala sekolah, sebab ia berkata banyak guru yang meninggalkan profesinya karena tak suka kepala sekolah.

"Jika kita menghormati guru maka kita menghormati ilmu pengetahuan dan kita menghormati masa depan," ujar Jack Ma.

Pendekatan Jack Ma mengenai cinta tidaklah tanpa pro-kontra. Direktur OECD Andreas Schleicher mendukung gagasan Jack Ma. Pendidikan pun jangan sampai menjadi cara mencetak pekerja saja.

Jack Ma juga mengajak agar tidak fokus pada ujian saja. Guru-guru pun harus bertanya mengenai hal-hal yang benar, bukan hanya fokus mendapatkan jawaban yang benar.

Jack Ma pun berkata sektor pendidikan harus mengganti key performance indicators (KPI) mereka.

"Jika kamu fokus pada ujian berstandar, segalanya bisa digantikan mesin," kata Jack Ma.

Di Indonesia, ujian berstandar nasional seperti Ujian Nasional (UN) juga akan segera dihapus pada 2021 mendatang oleh Menteri Pendidikan Nadiem Makarim. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) juga turut mendukung langkah tersebut.

sumber: liputan6

: tanpa label

Apabila ada yang ingin dikonsultasikan, silakan untuk menghubungi kami.